Oktober 12, 2024
Home » Mengetahui Makna dan Pesan dari Tradisi Mappacci Adat Bugis

Tradisi Bugis Mappacci menjadi hal yang perlu diperhatikan saat merencanakan pernikahan. Khususnya bagi masyarakat suku asli untuk memahami makna filosofis dan apa artinya bagi masa depan.

Mengapa ini bisa terjadi dan saling membelakangi? Karena hukum itu suci ketika ditetapkan dengan pilihan pernikahan, prosesi ini diperlukan. Oleh karena itu, penting untuk melestarikan tradisi saat ini bagi masyarakat.

Apalagi di zaman modern seperti ini banyak terjadi pengikisan terhadap budaya asli nusantara dengan segala macam permasalahannya. Anak muda, milenial, dan generasi penerus harus dididik untuk tidak terlalu bergantung pada sistem pasca-dekonstruksi.

Oleh karena itu, harus ada kajian yang menarik dengan bahasa yang ringan dan terarah. Pelatihan yang relevan dan bimbingan aktif harus ada dalam formulir ini. Ini adalah tradisi paling unik di Sulawesi Selatan.

Contents

Memahami konsep Mappacci yang merupakan acara sakral sebelum pernikahan

Konsep kegiatan Mappacci atau Mappaccing berasal dari kata “Paccing” yang berarti bersih. Tujuan utamanya adalah membersihkan diri dari segala hal yang dapat menghalangi pernikahan dari awal hingga kepuasan Kabul.

Jadi itu seperti kesepakatan untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dan tidak diperbolehkan dalam resepsi atau sebaliknya.

Kegiatan adat Mapaci atau yang juga dikenal dengan Tudang Penni ini dilakukan oleh kedua mempelai di rumah masing-masing. Waktunya bisa pada malam hari atau sehari sebelum pernikahan dengan orang tua di kiri atau kanan.

Sebelum pelaksanaan upacara adat Mpachi Bugis, perlu dilakukan upacara penyucian atau “Malekpachi” oleh masyarakat. Sore hari di rumah orang-orang tertentu

Hari ini, upacara Mappacci diadakan hanya satu malam sebelum pernikahan, karena keterbatasan waktu dan anggaran, yang memerlukan manajemen keuangan. Namun pada zaman dahulu, upacara ini diadakan selama tiga malam oleh para bangsawan.

Kenali proses Mappacci secara sederhana dan lengkap

Sebelum prosesi adat Bugis Mappacci ini, pengantin biasanya didandani dengan pakaian pernikahan. Kemudian, kedua mempelai diarak untuk duduk di kursi (tetapi ada juga yang duduk di lantai) untuk memulai prosesi Mappacci.

Sebuah bantal diletakkan di depan pengantin wanita, yang sering diartikan sebagai simbol kehormatan. Bantal sering dicirikan oleh kepala, yang merupakan titik sentral aktivitas manusia.

Diharapkan dengan lambang ini, kedua mempelai lebih mengenal dan memahami jati dirinya sebagai makhluk yang mulia, dan dikenal sebagai kehormatan pencipta atau dalam bahasa Bugis disebut Poange.

Tujuan utama pernikahan adalah; Melahirkan atau membesarkan anak. Ciri khas lain dari pisang adalah memiliki makna yang disukai banyak orang. Dengan menikah diharapkan kedua mempelai menjadi orang yang berguna dan bermanfaat bagi banyak orang.

Di atas daun pisang terkadang diletakkan daun nangka. Daun nangka memang tidak layak jual, namun memiliki makna yang dalam. Sehingga masyarakat harus mengetahui makna di dalamnya.

Anregurutta di Bone pernah berkata dalam bahasa Bugis: Dua mitu mamala ri yala sappo ri lalenna atuwongnge, Iyanaritu; unganna panasae (lempuu) sibawa beLOna Kanoko (Pachi).

Artinya, ada dua sifat yang harus kita amati dalam perjalanan hidup di dunia ini. Kejujuran dan kesucian. Kemudian taruh gula merah dan kelapa muda di atas daun pisang.

Terakhir, Mappacci juga dilengkapi dengan lilin sebagai simbol cahaya. Tujuan lilin adalah agar suami istri menjadi pelita bagi masyarakat di masa depan. Sehingga perlu memahami tradisi bugis mappacci sebelum memasuki masa pernikahan.

Awalnya diposting pada 01-11-2021 01:51:00.

Pusat Informasi Terkini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *