Oktober 11, 2024
Home » Menilik Sejarah Lahirnya Songkok Recca Khas Makassar

Songkok telah menjadi peralatan paling populer untuk berpartisipasi dalam acara-acara Islam, pertemuan, pernikahan, dll. Nah, Anda pasti tahu sejarah kejayaan lahirnya lagu Recca asli Makassar ini.

Dengan kesan yang hampir identik dengan peci Turki Usmani, ternyata banyak sekali nilai yang disematkan di dalamnya. Ada banyak palet dengan pola detail yang bisa memanjakan mata saat memandangnya.

Gayanya menyerupai topi tentara, sebenarnya sekilas memang demikian karena dilihat dari sejarahnya, sangat membutuhkan pemahaman ketika mendengar atau menggunakan kata-kata seperti ini.

Anda akan menemukan komentar menarik dari kami, khususnya komunitas Bugis di Makassar dan sekitarnya. Jika berbicara tentang aksesoris pernikahan dan acara spesial, rasanya tidak pantas jika tidak mendapatkan informasi sejarah.

Review Tiga Zaman Saat Produk Bagis Ini Disebut Biasa

Menurut Indonesia.co, Songkok Recca atau Songkok Pamiring juga dikenal sebagai Songkok To Bone, dimana awalnya Songkok Recca ada ketika Raja Bone ke-15, yang menyerbu Tana Toraja pada tahun 1683.

Saat itu, pasukan Tatoo menunjukkan perlawanan yang cukup untuk melawan pasukan Arung Palka. Namun, raja hanya mampu menduduki beberapa desa di wilayah Makale-Rantpao di masa lalu.

Pesatnya perkembangan zaman membawa perubahan pola pikir masyarakat saat itu dan menyebabkan perbedaan kelas tidak lagi terlihat. Hasilnya Songkok Recca bisa digunakan oleh siapa saja yang ingin memakainya.

Pamiring Songkook bukan lagi milik orang berdarah biru, namun orang yang mengetahui nilai dan filosofi dari Pamiring Songkook ini tidak akan sembarangan menggunakannya. Namun tetap saja wibawa pemakainya memiliki tapak penuh.

Menurut berita sejarah kelahiran topi tengkorak Reka, selain menunjukkan karisma, juga menunjukkan siapa sebenarnya yang memakainya, karena ada aturan bahwa semakin banyak ornamen emas, semakin baik topi tengkorak pasangan. .

Karena keberadaannya saat ini, saat ini banyak daerah dari Makassar, Pinrang dan sekitarnya yang membuka peluang produksi. Baik songkok recca, pamiring atau songkok to bone, ketiganya sama bentuknya namun tidak pada waktunya.

Nama Recca sendiri berasal dari bahan bakunya yang terbuat dari pelepah daun lontar yang ditumbuk atau reca-reca dalam bahasa Bugis. Lapisan tengah daun dipukul-pukul untuk menyisakan serat untuk dipilih atau ditenun jika diperlukan.

Pelepah daun lontar biasanya berwarna putih, tetapi setelah beberapa jam berubah menjadi coklat dan kemudian menjadi hitam. Tentunya dengan menggunakan jenis warna ini dapat memahami arti dari sikap tersebut.

Serat hitam diperoleh karena pemukulan, perendaman hingga langkah selanjutnya membuat lingkaran. Artinya, ada kombinasi warna umum yang terjadi pada pohon serupa.

Untuk menyiapkan bahannya juga diambil dari tengah Makassar utama, sesuai keinginan pemesan, ada yang kasar dan lunak. Kemudian, proses pembuatannya juga sangat menarik untuk dilihat secara langsung.

Hanya dengan mesin tangan yang pertama menyentuh bagian tengah, kemudian memilih serat dan umumnya menjalin lingkaran seperti topi. dipelintir atau dianyam untuk meninggalkan bagian yang akan ditutup dengan beberapa ornamen khasnya.

Kemudian proses selanjutnya juga harus tahu bahwa hasil akhir mengering sehingga lebih fleksibel dan nyaman saat digunakan. Jika Anda berkunjung ke deretan Kota Bone, Makassar dan sekitarnya, pasti banyak lapak atau lapak yang menjualnya.

Termasuk berbicara tentang sejarah lahirnya topi tengkorak Recca, ternyata tidak hanya sebagai simbol keagungan dan kemegahan, tetapi juga tetap rendah hati dalam rangka mempersatukan umat. Bukan hanya masalah duniawi atau materi saja yang menyebabkan kehancuran.

Awalnya diposting pada 2021-10-29 23:58:00.

Pusat Informasi Terkini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *