Sejarah Tari Padupa Bhusara – Kebudayaan tidak dapat tergerus oleh waktu, khususnya di Indonesia. yang selalu dipegang teguh oleh masyarakat, meskipun zaman sudah mencapai titik modernisasi. Adat istiadat seperti memahami sejarah tari Padduppa Bosara selalu digali sedalam mungkin.
Oleh karena itu, masyarakat Bugis perlu memahami arti dari tarian ini karena masih banyak masyarakat yang meragukan budayanya. Bekal sumber daya sejarah dan budaya sering dipompa sebagai bahan pendidikan bagi generasi muda saat ini.
Tergerusnya nilai-nilai budaya dan sifatnya membutuhkan peran para pembawa informasi seperti Anda, dimana memperdalam pengetahuan dan wawasan akan pentingnya mempelajari sejarah bagi masyarakat umum Sulawesi Selatan.
Bagi kalangan pelajar atau generasi milenial tidak perlu tabu budaya atau menggeneralisasikan adat istiadat setempat, karena budaya lahir dari hasil budi daya manusia atau bisa disebut karya nenek moyang dengan skala komputasi aktif.
Maka ulasan ini memberikan edukasi aktif dan memperkaya wawasan budaya Makassar, khususnya agar mereka bisa mencintai budayanya. Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya untuk memahami apa itu tarian dan tentang apa itu.
Contents
Konsep dan esensi tari Padduppa didukung oleh masyarakat adat Bugis
Tari Bosara merupakan representasi masyarakat Bugis yang dimasuki para tamu saat disuguhi Bosara, sebagai bentuk apresiasi dan penghormatan kepada yang hadir pada acara tertentu.
Pada zaman dahulu, tarian ini sering disajikan untuk penyambutan raja dan prosesinya, penyambutan tamu agung, pesta adat dan pernikahan. Gerakan tarian ini sangat luwes sehingga pemandangannya sangat eksotis dibandingkan yang lain.
Busara sendiri merupakan sajian khas Makassar, Sulawesi Selatan. Bahan bakunya diperoleh dari besi, dilengkapi dengan penutup yang khas seperti kobukan besar, dibungkus dengan kain berwarna terang, kemudian disekelilingnya terdapat hiasan bunga keemasan.
Busara biasanya diletakkan di atas meja dalam rangkaian acara khusus, terutama acara besar yang bersifat tradisional dan sarat nilai budaya. Sehingga tidak jarang nilai sejarah asli tari Padupa Bhosara keluar dari adat yang berkaitan dengan pernikahan, jamuan makan, dll.
Selain digunakan oleh para penari tarian daerah, busara biasanya menjadi tempat penyajian aneka kue adat yang diletakkan di atas meja pada acara-acara resmi kenegaraan sebagai simbol adat, terutama pada acara-acara sakral seperti pernikahan adat.
Juga digunakan sebagai wadah kue dan lauk pauk tradisional yang biasa diletakkan di atas meja pendek yang biasa disebut oshin. Untuk melengkapi hidangan di dalam piring bosara, sebuah nampan kecil dengan kain bermotif khusus ditempatkan untuk mempercantik ruangan.
Baca Juga >> 3 Tips Menyewa Busara Tradisional Bugis dan Menu Wajib
Ada nampan kecil dengan ukiran yang indah, dudukan dan piring kecil untuk meletakkan kue tradisional Busara, kemudian tersedia juga cangkir dan gelas sebagai wadah minum dll selama upacara berlangsung.
Oleh karena itu, tidak heran jika setiap pernikahan adat Bugis sangat dekat dengan Busara, bahkan sudah menjadi tradisi sejak dulu. Orang-orang juga sangat antusias, yang berlanjut hingga hari ini.
Agar tradisi ini tidak punah dan acara tari Padupa selalu untuk kepentingan generasi penerus bangsa yaitu praktek mengajarkan dan membiasakan anak-anak sejak dini dengan pakaian adat Bodo dan cara memakainya.
Pendidikan tidak hanya budaya tetapi juga sosial dapat diperoleh hanya dengan menonton atau menghadiri kelas tari. Dibanding penyajian tempat dll, sebaiknya kamu juga mengulitinya untuk lebih mengenal budaya tradisional Bugis.
Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa sejarah tari Padduppa Bosara sangat penting saat kita memasuki masa peralihan. Apalagi masih sedikitnya generasi muda yang terlibat dalam aspek budaya, sehingga perlu adanya eksplorasi untuk mentransfer dan menyelamatkan budaya tersebut.
Demikian sekilas tentang sejarah tari Padupa Bosara di Sulawesi Selatan yang masih ada hingga saat ini.