Proses mengenai tradisi Mappacci adat Bugis menjadi hal yang harus diperhatikan kala hendak menjalani pernikahan. Terutama bagi masyarakat suku aslinya untuk memahami makna filosofis dan artinya untuk masa depan.
Mengapa sedemikian bisa terjadi dan dilakukan secara beruntun? Sebab sakral hukumnya ketika sudah mantap dengan pilihan menikah, maka diperlukan prosesi ini. Oleh sebab itu, penting bagi masyarakatnya agar melestarikan adat istiadat yang telah berjalan.
Apalagi di zaman modern seperti ini, banyak pengikisan budaya asli Nusantara dengan berbagai macam problem. Kaum muda, milenial dan generasi selanjutnya perlu dipupu supaya tidak terlalu mengacu pada sistem post-dekonstruksi.
Dengan demikian, harus ada kajian menarik dengan bahasa ringan dan terarah. Edukasi terkait dan pengarahan secara aktif haruslah ada dalam bentuk seperti ini. Inilah keunikan tradisi paling dikenal di Sulawesi Selatan.
Contents
Pahami Konsep Mappacci yang Menjadi Acara Sakral Menjelang Pernikahan
Konsep kegiatan Mappacci atau Mappaccing berasal dari kata “Paccing” mengartikan makna bersih. Tujuan utamanya untuk pembersihan diri dari segala hal yang berpotensi menghambat jalannya pernikahan dari awal hingga nanti pada ijab qabul.
Jadi seperti persetujuan untuk mengetahui apa saja yang perlu dilakukan dan tidak diperkenankan dalam resepsi atau lainnya.
Kegiatan adat Mappaci atau disebut juga Tudang Penni ini dilakukan oleh pengantin laki-laki dan perempuan, dimana pada pelaksanaannya di rumah masing-masing. Waktunya bisa malam hari atau sehari pra acara pernikahan dengan orangtua di sampig kiri atau kanan.
Sebelum dilaksanakan upacara Mappacci adat Bugis perlu dilangsungkan upacara pengambilan pacci atau disebut “Mallekepacci” oleh para masyarakatnya. pada sore hari di rumah orang-orang tertentu.
Di masa kini upacara Mappacci hanya dilaksanakan satu malam sebelum pernikahan, sebab efektivitas waktu hingga low budgeting yang menyebabkan harus memanage keuangannya. Namun, pada zaman dahulu upacara dilaksanakan tiga malam oleh kaum bangsawan.
Kenali Proses Mappacci Secara Lugas dan Lengkap
Sebelum prosesi tradisi Mappacci adat Bugis ini, biasanya calon pengantin perempuan dihias dengan pakaian pengantin khas. Selanjutnya, calon pengantin diarak duduk di atas kursi (namun ada pula yang duduk di lantai) untuk memulai prosesi Mappacci.
Di depan calon pengantin perempuan, diletakkan sebuah bantal yang sering ditafsirkan dandianggap sebagai simbol kehormatan. Bantal sering diidentikkan dengan kepala, yang menjadi titik sentral bagi aktivitas manusia.
Diharapkan dengan simbol ini, calon pengantin lebih mengenal dan memahami akan identitas dirinya, sebagai mahluk yang mulia dan memiliki kehormatan dari Sang Pencipta atau dikenal dengan nama Puangge dalam bahasa Bugis.
Tujuan utama pernikahan, yaitu; melahirkan atau mengembangkan keturunan. Karakter lain dari pisang, memiliki arti untuk dinikmati oleh banyak orang. Dengan perkawinan, diharapkan calon pengantin berguna dan membawa mampaat bagi orang banyak.
Diatas daun pisang, terkadang diletakkan daun nangka. Daun nangka tentu tidak memiliki nilai jual, tapi menyimpan makna yang mendalam. Hingga masyarakatnya harus mengetahui makna yang terkandung di dalamnya.
Anregurutta di Bone pernah berkata dalam bahasa Bugis; Dua mitu mamala ri yala sappo ri lalenna atuwongnge, iyanaritu; unganna panasae (lempuu) sibawa belona kanukue (pacci).
Maksudnya, dalam mengarungi kehidupan dunia, ada dua sifat yang harus kita pegang, yaitu; Kejujuran dan Kesucian. Kemudian diatas daun pisang, terkadang juga diletakkan gula merah dan kelapa muda.
Terakhir, Mappacci juga dilengkapi dengan lilin sebagai simbol penerang. Maksud dari lilin, agar suami-istri mampu menjadi penerang bagi masyarakat di masa yang akan datang. Maka perlu memahami tradisi mappacci adat Bugis sebelum Anda menginjak masa nikah.